lakoro

Posts Tagged ‘Maskot’

MASKOT: DUTA PRODUK MERANGKAP BINTANG IKLAN

In Archeopack on September 29, 2011 at 10:12 am

Singa besar itu mondar-mandir di lorong-lorong gondola hypermarket tempat kami belanja. Beberapa anak kecil mendadak pucat ketakutan, yang lain tidak mampu menangkap ketakutannya yang terhambur lewat jeritan kecil, anak lainnya menyambut dengan tawa, minta difoto atau menarik-narik ekor si singa yang bisa berdiri tegak itu. Ada pula yang menyambut dingin kehadiran si macan, yang senyum lebarnya dari ujung pipi kiri ke ujung pipi kanan. Yang menyambut dingin tentu saja kami para pengunjung dewasa. Maskot Singa ini adalah milik produk kopi, tapi malam itu dia tampil ceria menari juga untuk anak-anak. Agak kurang relevan menurut saya, bagaimana mungkin menarik perhatian konsumen dewasa dengan maskot imut yang lebih cocok tampil di arena hiburan. Mungkin mereka sedang berusaha menjalin relasi dengan konsumen lewat anaknya. Tapi bagi kita yang melihat bagaimana si Singa direpresentasikan pada maskot nampak berbeda dengan pada kemasan kopi yang terlihat lebih garang.

Maskot dan konsumen kecilnya, atau mungkin bukan konsumen yang dimaksud

Maskot dapat digunakan untuk menjalin komunikasi sekaligus duta produk bagi konsumen. Maskot menjadi aset yang berharga saat dibutuhkan figur yang dapat berkomunikasi dengan konsumen secara lebih intens. Perusahaan akan mengeluarkan sejumlah biaya, yang mungkin tidak sedikit untuk membantu reputasinya lewat seorang brand ambassador yang cantik, tinggi semampai dan wangi. Tentu saja dengan resiko mereknya akan turut menerima dampak jika si brand ambassador melakukan hal-hal yang kurang sejalan dengan citra perusahaan atau citra produk. Maka maskot dapat dilihat sebagai aset yang bisa dengan sangat luar biasa dipekerjakan dan diberi tugas membangun relasi dengan konsumen tanpa ada kontrak baru selain biaya dibalik penciptaannya.

Maskot dapat diberdayakan untuk tampil di kemasan, dipekerjakan menjadi bintang iklan, diproduksi dalam ukuran mini menjadi merchandise, dibuatkan kostum dan menyapa konsumennya di titik-titik penjualan, seperti yang terjadi di atas. Dan yang istimewa dari spesies maskot ini adalah khasiat kemampuannya masuk dalam ingatan kita bahkan setelah konsumen tidak lagi melihat brand hadir di situ. Adakah maskot berikut yang tidak Anda kenali produknya? Kalau tidak, bisa jadi dugaan saya salah, atau Anda harus lebih banyak jalan-jalan sambil beli beberapa jajanan… 🙂

Brand name hilang, maskot akan membawanya kembali pada Anda

Beberapa klub olahraga juga mempekerjakan sang Maskot untuk kepentingan komersial yang lebih jauh, selain muncul menari-nari sebagai pemandu sorak saat rehat pertandingan. Dia dapat muncul menjadi poster, animasi di situs resmi, gantungan kunci dan semua medium yang dapat kita bayangkan. Tentu saja tak perlu menyewanya dengan kontrak miliaran yang harus diperbarui setiap tahun.

Fred The Red Devil, maskot MUFC, image kiri dari popartuk.com, image kanan dari bleacherreport.com

Dengan khasiatnya yang luar biasa dan ekonomis bagi langkah-langkah promosi produk, rasanya tidak ada alasan untuk tidak memberdayakan elemen pendukung brand yang satu ini. Tentu saja urusan duta merek tidak selalu berjalan seperti itu. Kalau kita bicara produk sabun kecantikan, maskot yang tepat tentu seorang wanita tinggi semampai, berleher jenjang, berkaki belalang, putih mulus dengan senyum menggoda tentunya. Mahluk-mahluk cartoony imut dan lucu boleh minggir dulu untuk kasih jalan buat sang putri. Malam itu, sepulang dari belanja mingguan, anak saya bertanya: “Yah, singa tadi dalamnya orang ya?” Rupanya dia butuh jawaban untuk meredakan rasa takut campur penasaran setelah bertukar sapa beberapa menit yang lalu dengan si Singa, maskot produk kopi.

— ramok —