Sebagai pemulung peradaban visual kecil-kecilan, saya punya koleksi lain yang kurang terpelihara 10 tahun belakangan ini. Beberapa diantaranya saya yakin sudah tidak bisa lagi ditemui karena perubahan pola konsumsi alat pemantik api ini. Koleksi yang saya maksud adalah kotak korek api. Terakhir saya liat, warung kecilpun menawarkan korek gas sekali pakai untuk pembeli rokok. Kemungkinan sebagian besar benda-benda ini sudah punah, kecuali yang menjadi suvenir dari hotel atau klab. Maka bersiaplah menikmati cuilan peradaban yang sebagian sudah punah.
Ada periode kehidupan saya hidup di Bandung, antara tahun 1994-1999. Asrama saya ada di jantung keramaian saat itu, jalan Cihampelas. Jadi saya memang benar-benar memulung beberapa diantara koleksi kotak korek ini di sepanjang Cihampelas, saat cuci mata melihat orang-orang memuaskan nafsu belanjanya. Sebagian saya simpan setelah batang korek terakhir habis. Berbeda dengan kardus tempat saya menyimpan koleksi kemasan rokok, koleksi ini berada di lemari yang tak pernah saya tengok hingga tak tahu sudah perlahan dimangsa kelembaban pantai tropis. Anggaplah posting kali ini adalah bentuk penyelamatan dan pengarsipan koleksi. Bahannya hampir semua kertas, tetapi ada diantaranya dari kotak kayu. Yang ini lebih langka lagi.
Beberapa pabrik pembuat korek api ‘kecos’ atau di Surabaya sering bilang sebagai korek ‘jessh’ karena cara menggunakannya dengan menggosokkan dengan cepat kepala korek pada bidang coklat yang mengandung bubuk bakar: “jessh!” dan api menyala selama kuat menahan panas yang merambat ke ujung jarimu. Di dunia korek api kotakan ini juga ada fenomena tiru-meniru, dimana beberapa merek yang sudah ternama ditiru secara desain oleh merek yang tidak terlalu dikenal. Beberapa merek sangat dikenal di wilayah tertentu dan tak dikenal di wilayah yang lain.
Pada masa itu, produsen rokok banyak membuat merchandise dalam bentuk korek api kayu. Korek gas termasuk cukup mewah untuk disimpan lebih lama, sementara korek api kayu hanya dipakai sampai habis, kurang lebih 30-40 batang korek. Seperti larik tak terlupakan Bung Chairil Anwar di puisi Maju: “…sekali berarti, sudah itu mati”. Sekarang korek gas dijual dalam kemasan sekali pakai dengan desain yang berwarna-warni dan murah. Korek api kayu mulai jarang dijumpai. Selamat menikmati yang tersisa.
-ramok-